RSS
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

URGENSI PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN IPA



Halfstein dan Klainin menyatakan bahwa terdapat pro dan kontra tentang perlu tidaknya pelaksanaan kegiatan praktikum dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, di antaranya karena mahalnya bahan, lamanya waktu persiapan dan pelaksanaan, serta kurangnya penghargaan (porsi penilaian) untuk kegiatan praktikum. Padahal, di sisi lain praktikum IPA memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan proses. Selain itu, siswa juga mendapat pengalaman langsung melalui objek-objek yang dipelajari, sehingga pemahaman terhadap objek tersebut dapat diingat lebih lama. 

Dalam pembelajaran biologi, kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Kegiatan praktikum memiliki peranan yang besar dalam mencapai tujuan proses belajar mengajar. Woolnough & Allsop mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan praktikum. Pertama, praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar IPA; kedua praktikum dapat mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen; ketiga praktikum dapat menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah; dan keempat praktikum dapat menunjang pemahaman materi pelajaran.

Selain tujuan yang telah dikemukakan di atas, kegiatan praktikum mengandung beberapa tujuan pokok. Tujuan tersebut di antaranya adalah membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA, serta mengatasi miskonsepsi karena siswa memperoleh konsep berdasarkan pengalaman nyata yang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Dari tujuan praktikum yang diungkapkan, tergambar bahwa praktikum memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima, sehingga antara teori dan praktikum bukan merupakan dua hal yang terpisah; memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa; memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari suatu objek dari lingkungan alam dan lingkungan sosial; menambah keterampilan dalam menggunakan alat-media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran; memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang ilmuwan; dan memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan penemuan yang didapat dalam proses kegiatan laboratorium. 

Berdasarkan uraian di atas, kita tentunya harus bersepakat bahwa praktikum memang memegang andil yang cukup besar dalam pembelajaran IPA, meskipun banyak kendala yang harus dihadapi dalam pelaksanaannya. Seribu satu alasan akan selalu muncul untuk berkelit dari sesuatu yang ingin kita hindari. Akan tetapi, tak ada yang sesuatu yang terlalu sulit jika kita memang meniatkannya. Tegakah kita sebagai pendidik mendzalimi anak didik kita untuk mendapatkan bekal yang memang seharusnya menjadi hak mereka hanya karena kemandulan kreatifitas ataupun kemalasan kita? Apalagi jika jauh di sudut sekolah Anda, ada sebuah bangunan bertajuk “LABORATORIUM” terfasilitasi dengan cukup baik. Jangan sampai bangunan yang disebut laboratorium tersebut hanya dibiarkan melumut hingga menimbulkan kesan angker. 

Mulailah dengan hal yang sederhana. Di sekolah Anda terdapat mikroskop bukan? Saya tahu persis bahwa di semester pertama kelas VII ada konsep Mikroskop yang harus diperkenalkan. Saran saya, jangan sampai Anda membiarkan mereka mengenal mikroskop hanya sebatas nama ataupun fungsi bagian-bagiannya tanpa memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh ataupun mengoperasikannya, karena yang saya rasakan, keterampilan menggunakan mikroskop ini akan terbawa sampai jenjang perguruan tinggi atau bahkan sampai dunia kerja. Siapa tahu di antara siswa-siswi Anda ada yang berkeinginan untuk menjadi seorang dokter ataupun peneliti. Selain itu, jika Anda memiliki alokasi waktu lebih, sebagai bahan evaluasi, Anda bisa melakukan tes kinerja dengan membuat rubrik penilaian sendiri. Dengan demikian, siswa akan merasa dihargai secara akademik. Sebagai bahan pertimbangan, Anda bisa mengklik contoh rubrik penilaian untuk keterampilan penggunaan mikroskop pada LINK ini. 

Pembelajaran berbasis laboratorium ini juga sebenarnya tidak selalu harus dilakukan di dalam laboratorium. Misalnya saja ketika memperkenalkan konsep jenis pertulangan daun pada tanaman dikotil dan monokotil. Kita bisa melakukan observasi sederhana terhadap daun-daun yang sudah dibawa siswa sebelumnya, untuk kemudian diklasifikasikan di dalam kelas oleh kelompok-kelompok kecil yang telah dibentuk. Agar lebih menarik, Anda juga bisa menugaskan siswa untuk menempel daun-daun yang mereka amati pada kertas A4, mengkategorikan dan mendeskripsikan karakteristiknya, sehingga secara tidak langsung Anda juga telah mengajari mereka cara untuk membuat herbarium daun yang sederhana. Dengan pembelajaran-pembelajaran seperti ini, diharapkan science as a fun learning bisa tercapai.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Amaranthi Andam mengatakan...

praktikum memang sangat baik untuk pembelajaran biologi, apa lagi jika ditunjang dengan media pembelajaran

Posting Komentar

Let's Talk...

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x