RSS
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

APLIKASI TEKNIK PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MODIFIKASI DUA TINGGAL DUA TAMU DALAM KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MANUSIA


Dalam dunia pendidikan, perspektif lama mengenai proses belajar-mengajar masih saja belum bisa ditinggalkan. Banyak pendidik yang masih berkiblat pada asumsi tabula rasa John Locke. Locke mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Begitu kuatnya doktrin dari asumsi ini, sehingga tak jarang pembelajaran menjadi bersifat teacher centered.

Entah apa yang melatarbelakangi ketidakyakinan ataupun ketidakpercayaan guru kepada para siswanya. Sebagian besar guru seolah menyangsikan bahwa siswa juga sebenarnya memiliki pengetahuan awal dan pengalaman yang bisa memberikan kontribusi yang besar dalam penciptaan suasana belajar-mengajar yang kondusif jika guru yang bersangkutan berkenan untuk memberi kesempatan kepada para siswanya untuk menunjukkan potensi mereka. Oleh karena itu, saatnya para pendidik beralih pada perspektif baru dunia pendidikan dimana kegiatan belajar mengajar didasarkan pada beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
  1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
  2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif.
  3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses daripada hasil.
  4. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.

Menurut Anita Lie dalam bukunya yang berjudul Cooperative Learning, siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apapun yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa lainnya. Bahkan penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Cooperative learning berbeda dengan kerja kelompok biasa. Menurut Roger dan David Johnson, suatu model pembelajaran bisa dikatakan cooperative learning jika mengandung lima unsur sebagai berikut: 1. saling ketergantungan positif; 2. tanggung jawab perseorangan; 3. tatap muka; 4. komunikasi antar anggota; 5. evaluasai proses kelompok. 

Dalam pembelajaran pertumbuhan dan perkembangan, saya mencoba untuk menerapkan metode cooperative learning ini. Dari sekian banyak teknik cooperative learning yang ada, saya memilih teknik dua tinggal dua tamu (dikembangkan oleh Spencer Kagan) yang sedikit saya modifikasi. Bagian yang saya modifikasi adalah jumlah anggota kelompoknya, dari yang seharusnya 4 orang menjadi 6 orang. Jadi setelah dimodifikasi, sebenarnya teknik cooperative learning yang saya terapkan lebih tepat dinamai dengan teknik cooperative learning dua tinggal empat tamu. 

Kelebihan dari teknik ini adalah bahwa setiap siswa dalam kelompok diberikan kesempatan untuk berbagi informasi dengan kelompok lain, sehingga selain ranah kognitif jenjang C1 dan C2 dapat dilampaui, jenjang C6 pun yang merupakan jenjang tertinggi dalam ranah kognitif akan mampu dicapai, khususnya kemampuan mereka untuk berkomunikasi. Adapun prosedur pelaksanaan cooperative learning teknik dua tinggal dua tamu yang telah dimodifikasi dalam konsep pertumbuhan dan perkembangan ini dapat Anda pelajari dengan mengklik LINK ini. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Let's Talk...

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x