RSS
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DALAM KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH TUMBUHAN

SEKILAS TENTANG KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS)

Ada sebuah pepatah Cina kuno yang sering kita dengar. Dalam pepatah tersebut dinyatakan: “Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukan dan saya mengerti”. Saya menggunakan pepatah kuno tersebut sebagai jembatan yang akan menggiring Anda untuk memahami pentingnya pengalaman dalam proses belajar seseorang. 

Siswa menghabiskan sebagian waktu dari 24 jam yang mereka miliki untuk mencari pengalaman belajar di sekolah dengan harapan pengalaman belajar yang mereka dapatkan bisa menjadi bekal yang cukup untuk meraih mimpi-mimpi mereka kelak. Pengalaman belajar yang siswa dapatkan akan mempengaruhi sikap dan kecenderungan mereka terhadap sesuatu. Jika mereka mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dari suatu pelajaran, maka kecenderungannya adalah mereka akan menyenangi pelajaran tersebut. Akan tetapi, jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, maka mereka akan menganggap bahwa pelajaran tersebut membosankan, tidak menarik, dan kurang menantang.

Menurut Cain dan Evans, sains mengandung empat hal pokok, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sains memiliki empat hal pokok di atas, itu berarti bahwa ketika belajar sains, siswa pun harus mendapatkan pengalaman belajar tersebut. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk merencanakan dan menyiapkan pengalaman belajar bagi setiap siswanya sebelum suatu konsep disampaikan.

Dalam pembelajaran sains dikenal suatu pendekatan yang disebut dengan Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan Proses Sains ini terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Adapun keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  • Melakukan pengamatan (observasi)
  • Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
  • Mengelompokkan (klasifikasi)
  • Meramalkan (prediksi)
  • Berkomunikasi
  • Berhipotesis
  • Merencanakan percobaan atau penyelidikan
  • Menerapkan konsep atau prinsip
  • Mengajukan pertanyaan

Guru memegang peranan penting dalam pengembangan KPS ini. Menurut Harlen dalam tulisan Nuryani Rustaman, et al., setidaknya ada lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan KPS, yaitu:
  • Memberikan kesempatan untuk menggunakan KPS dalam melakukan eksplorasi dan fenomena.
  • Memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil.
  • Mendengarkan pembicaraan siswa dalam mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka.
  • Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan.
  • Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam berkomunikasi.

APLIKASI KPS DALAM KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH TUMBUHAN

Terkait dengan uraian di atas, guru [saya] sebagai fasilitator yang berperan dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa berupaya untuk selalu menyesuaikan karakteristik konsep yang disampaikan agar menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa, sehingga biologi tidak dikenal sebagai ‘sastra-nya’ sains yang banyak hafalan dan memusingkan. Dalam hal ini, saya akan memberikan contoh pembelajaran yang menerapkan pendekatan KPS.

Pada Kompetensi Dasar (KD) 3.1 tertera kalimat: “Mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan”. Ada kata ‘mengidentifikasi’ yang merupakan kata kerja operasional dalam kalimat tersebut. Hal itu berarti setidaknya ada beberapa keterampilan proses siswa yang harus dilibatkan, di antaranya:

Melakukan pengamatan atau observasi
Ketika membahas struktur, maka indera yang paling berperan dominan adalah mata. Jika struktur morfologi tumbuhan yang sedang kita bahas, rasanya tidak akan merepotkan jika kita membawa contoh organ tanaman yang sedang kita bahas ke dalam kelas untuk diobservasi dan didiskusikan secara langsung, sehingga antara fakta dengan teori bisa kita sinkronisasi. Sedangkan, jika struktur anatomi yang sedang kita bahas, maka jangan biarkan siswa untuk mengkhayal. Ajaklah mereka ke laboratorium untuk mengamati jaringan tumbuhan di bawah mikroskop, sehingga struktur yang disebut dengan epidermis, korteks, stele, endodermis, epidermis, stomata, kloroplas, jaringan palisade, dan jaringan spons tidak hanya mereka lihat pada gambar dalam buku/charta saja.

Selain itu, ketika masuk pada topik bahasan “Daun” kita bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Saya teringat pada buku panduan praktikum Mortum sewaktu saya kuliah dulu. Di sana banyak terdapat gambar-gambar morfologi berbagai macam tumbuhan hasil pengamatan saya. Jika menyuruh siswa SMP melakukan hal yang sama – yaitu menggambar – pasti akan menjadi sesuatu yang kurang bermakna bagi mereka secara psikologis. Maka, saya suruh setiap siswa untuk mencari 3 buah daun, kemudian saya mengelompokkan mereka menjadi beberapa kelompok. Instruksi selanjutnya adalah mereka harus menempelkan daun-daun yang mereka bawa pada kertas untuk dideskripsikan morfologinya. Misalnya: pertulangan daun menyirip - menjari - melengkung - sejajar, tepi daun rata - tidak rata, daun tunggal - majemuk. Sederhana, bukan? Hasil pekerjaan siswapun bisa menjadi properti labolatorium untuk menambah koleksi herbarium morfologi daun.


  
Menafsirkan pengamatan (Interpretasi)
Ketika membahas struktur anatomi akar, batang dan daun, ajaklah siswa untuk ‘mengintip’ anatomi akar, batang, daun dikotil dan monokotil. Tanyakan pada siswa mengenai perbedaan-perbedaan dari anatomi akar, batang, daun dikotil dan monokotil berdasarkan hasil pengamatan mereka terhadap organ-organ tersebut di bawah mikroskop, sehingga teori bahwa susunan berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) pada batang dikotil bersifat kolateral (eksistensi kambium) dan pada batang monokotil tersebar bisa dibuktikan; atau teori bahwa stomata pada daun dikotil biasanya hanya terdapat pada jaringan epidermis bawah, sedangkan pada daun monokotil berada pada epidermis atas dan epidermis bawah juga dapat dibuktikan.

Meramalkan (prediksi)
Hal ini akan saya bahas di lain kesempatan, karena kegiatan ini direncanakan baru akan dilakukan minggu depan. Tapi secara garis besar, terkait dengan fungsi xylem dan daya kapilaritas pada batang, saya hanya ingin siswa untuk bisa memperkirakan apa yang akan terjadi pada warna mahkota bunga dahlia, jika batangnya dibelah memanjang menjadi dua kemudian direndam dalam tinta berwarna merah dan hitam selama beberapa jam.

Itulah di antaranya jenis-jenis keterampilan proses sains yang bisa kita terapkan ketika membahas konsep “Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan”

INTERMEZZO

Saya mengajar di sekolah yang bisa dikatakan termasuk ke dalam remote area dimana awareness peserta didik ataupun orang tua mereka terhadap arti pentingnya pendidikan sangatlah kurang. Butuh tenaga ekstra untuk membuat mereka bisa mencerna konsep yang disampaikan karena hampir bisa dipastikan bahwa sebagian besar dari mereka minat ataupun motivasi belajarnya rendah. Kesulitan ekonomi membuat beberapa di antara mereka hanya bisa menamatkan sekolah sampai SMP. Tidak mencapai angka ratusan untuk jumlah siswa yang meneruskan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Anak perempuan biasanya akan segera dinikahkan dan akan berakhir di dapur tanpa bekal ilmu yang cukup untuk mendidik anaknya kelak, sehingga siklus itupun diprediksi akan berulang. Anak laki-laki biasanya akan dipersiapkan untuk membantu ekonomi keluarga dengan menjadi buruh tani, tukang ojeg, atau mengembara ke kota-kota besar.

Sejujurnya, jika Anda orang yang penuh dengan ambisi untuk mengejar karir profesionalisme, tempat seperti ini tidak akan memberikan Anda harapan yang besar. Tapi jika yang Anda cari adalah tempat dimana Anda bisa menepuk dada Anda dengan bangga dan berkata “Saya Guru!” maka tempat ini adalah tempat yang tepat. Saya pernah mengajar di sekolah yang besar sebelum akhirnya saya memutuskan pindah. Mudah waktu itu untuk menugaskan ini dan itu pada siswa-siswa saya; mudah bagi saya menemui sikap sopan dan santun setiap saya melangkahkan kaki. Tapi di sekolah yang terpencil seperti ini, semua terasa sulit berkali-kali lipat. Saya benar-benar harus mengajar dan mendidik.

Ketika saya menulis ini, saya tersadar bahwa Tuhan tidak pernah salah. Tuhan membuat saya berada di tempat ini karena mungkin memang tempat ini lebih membutuhkan saya. Betapa bahagianya saya ketika saya berhasil membuat semua siswa-siswa saya selalu mengerjakan PR belakangan ini. Betapa bangganya saya ketika siswa-siswa saya bisa membuat sampul laporan dengan baik, mengerjakan tugas dengan rapih dan tidak asal-asalan, mulai mendengar apa yang saya perintahkan. Sekarang, setiap saya masuk kelas, tanpa disuruh siswa-siswa saya akan merapikan pakaian mereka, membuka topi dan jaket, memungut sampah yang ada di lantai, berlaku santun, serta tidak menjadi ‘pengganggu’ ketika KBM berlangsung.

Untuk sekarang, saya tidak berharap lebih karena tidak akan bijaksana rasanya jika saya menerapkan ekspekstasi yang terlalu tinggi pada mereka. Mereka sudah seperti sekarang saja membuat saya teramat sangat bersyukur. Tidak dalam hitungan hari berjuang untuk membuat mereka ‘sepeduli’ ini pada apa yang saya katakan. Meskipun mungkin image saya yang dulu sebagai guru yang baik harus saya ‘korbankan’ menjadi guru yang ‘galak’. Tapi, selama mereka masih bisa tertawa bersama saya; selama mereka tidak takut untuk bertanya, bercanda, dan bercerita, saya yakin mereka masih bisa membaca apa yang ada jauh di lubuk hati saya. Mungkin saya tidak bisa membuat mereka pintar, tetapi dengan menjadi guru yang baik, setidaknya suatu saat nanti mereka pernah ingat bahwa mereka pernah belajar ini dan itu ketika bersama saya.

Jauh di lubuk hati saya, saya berharap suatu saat mereka – mungkin tidak semua – bisa meraih impian mereka setinggi anak-anak yang lain yang setiap hari diantar-jemput dengan mobil ataupun motor oleh orangtua mereka. Saya ingin mereka percaya, keringat yang dikeluarkan untuk bisa sampai ke sekolah setelah berjalan kaki jauh akan sama nilainya dengan kehormatan berada di dalam mobil yang mewah.

Sampai di sini, saya teringat wajah siswi saya yang bernama Miranti. Dia berkata, “Bu, saya mau menang olimpiade. Dalam hati saya berjanji, sekuat tenaga akan saya bantu anak ini untuk meraih mimpinya. Saya tidak menjajikan dia menang, tapi setelah saya mendengar itu, rasanya mulai dari sekarang, selain  saya merangkai mimpi-mimpi saya sendiri, tampaknya sesekali saya harus menengok kiri dan kanan untuk melihat mimpi-mimpi orang lain. Mungkin saya tidak bisa membantu secara materi, tapi dengan sedikit ilmu yang saya punya, dengan kesempatan yang bisa saya tawarkan, siapa tahu saya bisa membuka pintu mimpi orang-orang yang ada di sekitar saya. Saya percaya, ketika tangan kita membantu orang lain mewujudkan mimpinya, Tuhan akan memberi kita banyak uluran tangan di depan nanti; jika tidak untuk kita, bisa saja untuk keturunan kita kelak. Jika tidak di dunia, mungkin di akhirat.

Tuhan akan bertanya tentang apa yang sudah kita lakukan ketika bulan demi bulan kita menerima gaji sebagai seorang guru. Memang tidak besar, atau bahkan kurang. Tetapi, yang tidak banyak itu adalah tanggung jawab yang harus dipikul dunia akhirat. Tuhan tidak akan bertanya tentang prestasi apa yang sudah kita raih secara pribadi, tapi apa yang sudah kita berikan untuk membekali anak-anak didik kita dalam menjalani kehidupan duniawi dan uhrawinya. Berat bukan? Rabb, jadikan hamba orang yang amanah dan istiqamah jika sekiranya sampai usia 60 tahun nanti jalan ini [profesi ini] yang harus hamba tempuh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Let's Talk...

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x