RSS
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

AKSI ‘CORAT-CORET’ UNTUK MEMPERINGATI HARI ANAK NASIONAL

Pada tanggal 23 Juli 2010 lalu, ada suatu peristiwa yang cukup menarik perhatian saya. Ketika saya melewati Jalan A. Yani, sejumlah anak muda berkerumun di samping Lembaga Pemasyarakatan (LP) yang berlokasi di dekat Alun-Alun Garut. Mereka tampak antusias mencorat-coret dinding LP yang bercat putih. Tidak ada orang yang menegur ataupun berusaha menghentikan aktivitas tersebut. Masyarakat, termasuk saya, malah berkerumun di seberang jalan, menonton aksi ‘corat-coret’ mereka. Anda mungkin memahami, mengapa ulah sekolompok anak muda tersebut mendapatkan legalisasi dan dukungan. Ya, aksi corat-coret yang mereka lakukan adalah seni graffiti dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada tanggal 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44/ 1984 tentang Hari Anak Nasional. 

Dari sekian banyak graffiti, ada sebuah tulisan berbunyi “STOP AKSI KEKERASAN PADA ANAK” terpampang dengan jelas. Entah apa yang melatarbelakangi seorang anak muda membuat graffiti demikian, mengingat rekan-rekannya yang lain justru memilih mempropagandakan ide mereka dalam bentuk gambar. Kalau boleh saya menerka, mungkin graffiti yang dibuat oleh anak muda tersebut erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa kekerasan pada anak yang marak belakangan ini. 

Sebelum saya membahas lebih jauh fakta-fakta tindakan kekerasan yang terjadi pada anak, ada sesuatu yang harus saya kritisi mengenai definisi tindakan kekerasan. Menurut pandangan saya pribadi, kekerasan tidak selalu harus diartikan sebagai penyiksaan fisik. Semua kondisi dan situasi yang membuat seseorang berada dalam zona ketidaknyamanan juga merupakan suatu bentuk kekerasan. 

Anak jalanan merupakan objek yang paling rentan mengalami tindakan kekerasan. Tekanan ekonomi membuat mereka menjadi korban eksploitasi orangtua mereka, sehingga tak jarang anak-anak kecil yang seharusnya bersekolah malah diharuskan mencari nafkah dengan menjadi pengamen, pengemis, pedagang asongan ataupun PSK. Selain itu, kehidupan liar anak jalanan seringkali menjadi sasaran penderita penyimpangan seksual. Lebih mirisnya lagi, setelah diperlakukan tidak senonoh, korban dibunuh bahkan organ-organ dalamnya diambil untuk kemudian diperjualbelikan. 

Namun, belakangan tindakan kekerasan tidak hanya menimpa anak jalanan. Dalam tayangan-tayangan televisi akhir-akhir ini, kita banyak disuguhi berita-berita yang memuat tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya diterima oleh seorang anak. Orangtua tega menyiksa anak kandungnya sendiri hanya karena alasan kesal dengan kerewelan anaknya. Ada yang disiram dengan air panas, dipukuli sampai patah tulang, disetrika, dan masih banyak tindakan-tindakan biadab lainnya. Tidak hanya itu, sebagian dari Anda mungkin masih ingat perbuatan seorang ibu, sarjana lulusan universitas ternama di daerah Bandung yang tega menghilangkan tiga nyawa anaknya sekaligus dengan alasan takut menghadapi himpitan ekonomi.


Jika kita tafakuri, ternyata banyak orangtua yang tidak bersyukur terhadap karunia Tuhan yang untuk sebagian pasangan suami-isteri justru karunia tersebut menjadi hal yang sulit untuk didapatkan ketika mereka sangat menginginkannya. Bahkan Nabi Zakaria harus bersabar menunggu sekian lama untuk bisa dianugerahi keturunan. Do’a Nabi Zakaria pun diabadikan oleh Tuhan dalam ayat suci Al-Qur’an yang berbunyi: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap penerus-penerusku sepeninggalku, sedang istriku seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang akan mewarisi sebagian keluarga Ya’kub dan jadikanlah ia seorang yang diridhoi.” (Q.S. Maryam: 2-6). Setelah menyimak kepingan do’a Nabi Zakaria dalam ayat tersebut, maka tidaklah pantas jika orangtua menyia-nyiakan titipan Tuhan yang begitu berharga.

Uraian di atas hanyalah sebagian kecil dari kesewenang-wenangan yang terjadi pada anak. Rentetan kasus jual-beli anak dan aborsi seolah menambah daftar panjang tindakan kekerasan pada anak, belum lagi jika kekerasan terhadap ranah psikologis mereka juga diungkapkan. Tayangan-tayangan yang tidak mendidik, perceraian dalam rumah tangga, dan penerimaan lingkungan terhadap anak merupakan contoh faktor-faktor yang mempengaruhi psikologis anak, salah satunya adalah lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Sebagai ‘orangtua’ kedua bagi anak-anak di sekolah, selain dibebani tanggung jawab intelektualitas anak, pendidik juga turut berperan besar dalam perkembangan mental dan spiritualitas anak. Maka, tak terlalu salah rasanya jika ada yang menerjemahkan guru sebagi sosok yang pantas untuk digugu dan ditiru. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik, dengan segala keterbatasan waktu dan ilmu yang saya punya, sesungguhnya saya seringkali dihinggapi rasa was-was jika seandainya saya tak mampu menjadi stereotype yang baik bagi anak-anak didik saya. Namun demikian, tentunya ikhtiar untuk menuju profesionalisme (pengembangan ilmu, kepribadian, dan kreatifitas) akan membantu mengatasi semua perasaan khawatir yang ada tanpa terlepas dari kebutuhan akan pemakluman yang sewajarnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf. Kalimat-kalimat inspiratif dari George Benson mungkin bisa membuka cakrawala para pendidik untuk lebih memahami bagaimanakah seorang anak seharusnya diperlakukan.

I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children’s laughter remind us how we used to be

Besar harapan saya agar graffiti yang terpampang mampu menumbuhkan kesadaran setiap orang yang melihatnya untuk melakukan hal yang terbaik dalam upaya penyelamatan generasi penerus bangsa sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, sehingga karya graffiti yang dibuat tidak hanya menjadi euphoria sesaat ataupun sekedar coretan-coretan indah di dinding. Selamat Hari Anak Nasional. Senyum seorang anak bangsa akan mewarnai hidup dan kehidupan banyak orang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Let's Talk...

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x